Celoteh

FLP Mewarnai Hidupku

Bagiku menulis adalah sebuah cara mengekspresikan sesuatu yang mungkin sulit diungkapkan. Bila mengenang kenapa aku menjelma menjadi makhluk tinta, bisa disimak ceritanya dibawah ini.

Semua berawal dari sebuah lingkaran kecil di pelataran mushola madrasah. Saat itu guru ngajiku atau yang sering disebut murrobi itu memperkenalkanku dengan penulis fenomenal bernama JK. Rowling. Masih ingat betul dalam benakku ketika sang guru ngaji itu berucap memberi motivasi hidup pada kami. “Jika kamu gemar menulis, maka menulislah seperti JK. Rowling, dia menulis cerita Harry Potter dikertas tissue, disudut cape, nah kalau kita seorang muslim usahakan nulisnya diteras masjid.”

Sejak beliau mengucapkan itu, mimpi jadi penulis itu mulai tumbuh pada diriku. Tapi saat itu jadi penulis hanyalah sebuah impian bagai malam yang merindukan sinar mentari pagi alias impian kosong.

Awal 2011. Mimpi menjadi penulis kemudian muncul kembali saat aku bekerja disebuah counter handphone, semua itu bermula ketika Kak Fajar pemilik counter itu mengajak aku untuk membuat sebuah antalogi cerpen, ajakan itu kemudian aku sepakati begitu saja, dan di sanalah aku untuk pertama kalinya menulis sebuah cerita pendek.

Tak lama, terkumpullah sepuluh cerpen kami dan beberapa teman lainnya, selanjutnya dijadikan sebuah antalogi cerpen berjudul “Bidadari Tomboy” pada masanya si Bidadari Tomboy ini cukup jadi buah bibir dikalangan teman-teman forum, hanya membutuhkan waktu kurang dari seminggu 300 ekslempar  Bidadari Tomboy sould out.

FLP Mewarnai Hidupku
Pelantikan dan Seminar Kepenulisan bersama Mbak Azzura Dayana.

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Pelantikan pengurus FLP Prabumulih

 

FLP Mewarnai Hidupku
KCM pertama FLP Prabumulih

 

FLP Mewarnai Hidupku

Setelah peluncuran antalogi cerpen yang sangat sederhana itu, Kak Fajar mendapatkan tawaran dari FLP wilayah Sumatera Selatan untuk membentuk FLP cabang Prabumulih dan tawaran itu langsung saja diterima. Pada saat itu, aku belum mengenal apa itu FLP?  Mulai mengenalnya ketika FLP Prabumulih sudah dibentuk dengan diawali pelantikan dan seminar kepenulisan yang dihadiri oleh Mbak Azzura Dayana dari FLP wilayah Sumatera Selatan, namun sebelum dibentuknya FLP Prabumulih, Tujuh orang pemuda-pemudi Prabumulih ikut Klub Cinta Menulis di Palembang, ketujuh orang itu langsung ditunjuk menjadi pengurus FLP cabang Prabumulih. Saat itu aku belum berkesempatan ikut KCM di Palembang karena harus jaga counter.

Selang beberapa waktu kemudian barulah aku berkesempatan ikut Klub Cinta Menulis pertama yang diselengarakan oleh FLP Prabumulih sebelum resmi menjadi anggota FLP Prabumulih sesungguhnya. Tidak diajak ikut KCM di Palembang rupanya sempat membuat sedikit kesal serta kecewa, padahal berharap sekali bisa ikut KCM. Namun hal itu, tidak menyurutkan minatku tetap menulis dan mengikuti KCM di Prabumulih.

KCM pertama itu dilaksanakan di kampus relawan Bazma PT. Pertamina EP Region dan pematerinya yaitu ustadz Sajirun sang guru ngaji yang aku ceritakan diatas, temanya “Mengapa Kita Harus Menulis” rupanya beliau penulis buku juga. Setelah mengikuti kelas demi kelas KCM, aku terus mengasa diri, dengan mencoba menulis beberapa cerita pendek, yah semuanya kuawali dari cerita pendek, sembari kerja aku terus menulis di computer milik counter tempat aku bekerja.

Awal 2012, aku mulai memberanikan diri mengikuti lomba cerpen. Lomba cerpen yang pertama kali kuikuti ialah lomba cerpen yang diselenggarakan oleh LDK Risalah Universitas PGRI Palembang, secara mengejutkan cerpenku langsung menyabet juara dua, sembari mengikuti lomba cerpen aku juga mulai memberanikan diri mengirim karya di majalah online salah satunya majalah Annida, ditahun awal mengirim cerpen di Annida, cerpen-cerpenku sering dirijek. Ikut lomba cerpen sambil ngirim cerpen ke Annida terus aku lakukan di tahun-tahun berikutnya sampai pada tahun 2013 silam, cerpenku kembali meraih juara dua di lomba cerpen silampari, Lubuk Linggau serta cerpenku “Manusia Tiga Wajah dimuat Linggau Pos.

Beberapa bulan, tepatnya tanggal 5 Mei 2014 untuk pertama kalinya cerpenku “Pucuk Oesman” dimuat di majalah annida kemudian dilanjutkan terpilihnya aku dalam 30 peserta dari seluruh Indonesia  yang lolos untuk mengikuti Workshop Cerpen Kompas di Jakarta.  Berguru langsung dengan para cerpenis senior seperti Seno Gumira Adjidarma, Agus Noor, dan Putu Fajar Arcana. Setelah dari itu aku juga mulai berani mengirimkan naskah cerpen-cerpen ke media nasional seperti Kompas, Jawa pos, Media Indonesia dan lain-lain, serta mengikuti lomba-lomba nulis tingkat nasional walau hasilnya belum ada satu pun cerpenku yang dimuat dan menang lomba. Tapi itu semua tak aku hiraukan bagiku nikmati saja prosesnya. Karena aku sadar perjalananku masih sangat panjang, masih banyak yang harus aku pelajari di dunia literasi ini.

Nah, kembali lagi ke FLP Prabumulih, seiring berjalannya waktu, satu persatu pengurus dan anggota FLP mulai menghilang yang tersisa hanya beberapa saja termasuk diriku, dari sana kami mulai mencari re-generasi baru dengan dibukanya KCM 2 dan alhamdulillah dari hasil KCM 2 serta rutin mengikuti kelas-kelas FLP Prabumulih, kini muncul penulis-penulis baru dengan berbagai macam genre tulisan serta menjadi anggota FLP Prabumulih angkatan 2.

 FLP Mewarnai Hidupku
KCM kedua FLP Prabumulih
 FLP Mewarnai Hidupku
FLP Prabumulih angkatan ke dua

 

Terhitung sejak 2011 sampai sekarang aku mengenal FLP dan ikut terjun ke dalam dunia menulis serta organisasinya aku merasa FLP adalah rumah yang akan selalu kuisi dan kuhiasi dengan karya-karya yang mencerahkan. Selain itu, FLP juga sudah mewarnai hidupku dalam dunia literasi ini, disini juga tempat aku belajar, berkarya dan bersosial. Terkadang aku juga heran kenapa banyak teman-teman kita, ketika sudah merasa dirinya diatas angin dengan segala ketenaran, sudah menelurkan beberapa karya malah pergi meninggalkan “rumah” ini, dan membuat “rumah-rumah” baru. Aku sendiri sudah berkomitmen tidak akan melakukan hal yang sama. Diterima ke dalam keluarga besar Forum Lingkar Pena ini, serta berusaha mengisi dan menghiasinya dengan karya-karya yang mencerahkan sudah lebih cukup bagiku, tak perlu menjadi kacang yang lupa sama kulitnya.

FLP bukan hanya sekedar organisasi kepenulisan melainkan organisasi yang peduli dengan segala macam kegiatan. FLP Prabumulih sendiri sering melakukan kegiatan-kegiatan social seperti kunjungan ke panti asuhan, mendongeng, penggalangan dana untuk Palestina, membuka perpustakaan keliling serta dalam waktu dekat ini FLP Prabumulih akan menyelenggrakan lomba cerpen untuk pelajar dan umum tingkat nasional.

Kegiatan-kegiatan FLP Prabumulih angkatan pertama.

FLP Mewarnai Hidupku
Pelatihan Blog pemateri dr. Harry Wahyudi Utama di aula pertemuan RS. Ar Bunda Prabumulih
 FLP Mewarnai Hidupku
Mendongeng di desa Muara Tiga
FLP Mewarnai Hidupku
Bedah Karya di alam terbuka, tepatnya di tepi sungai Lematang.

 

FLP Mewarnai Hidupku
Kunjungan ke FLP wilayah Sumatera Selatan
 FLP Mewarnai Hidupku
Gema Puisi

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Nonton Bareng film Hafalan Shalat Delisa

 

Kegiatan-Kegiatan FLP Prabumulih angkatan ke dua.

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Jumpa Bunda Helvy di Palembang

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Workshop menulis cerpen seanggota FLP Prabumulih bersama Guntur Alam

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Jumpa penulis Moammar Emka dari Gagas Media dan Bu Ningsih Pangestuh dari Naura Books dalam acara workshop kepenulisan di Palembang

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Seminar Bukan Cinta Biasa dan Lounching buku antalogi cerpen Cinta Tak Selebar Daun Kelor karya FLP Prabumulih.

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Gelar Perpustakaan Keliling di Taman Wonosari, Prabumulih

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Kunjungan dan Buka Puasa Bersama di Panti Asuhan Riyadul Kholishin.

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Aku, Seno Gumira Adjidarma dan 29 peserta workshop cerpen kompas di gedung kompas gramedia, Jakarta.

 

 FLP Mewarnai Hidupku
Cooming Soon Sayembara Cerpen Seinggok Sepemunyian FLP Prabumulih.

 

FLP Mewarnai Hidupku
antalogi pertama FLP Prabumulih

Sekian, Salam dari kami FLP Prabumulih, Sumatera Selatan.

 

 

2 tanggapan untuk “FLP Mewarnai Hidupku”

Tinggalkan komentar